SENENG SESAAT , NYESEL SELAMANYA

Senin, 17 September 2012

Cinta memang anugerah Sang Maha Pencipta yang harus disyukuri. Karena cinta, kita ada ke dunia ini. Cinta kedua orang tua telah menjadi perantara bagi keberadaan kita. Kita juga dibesarkan tidak lepas dari kasih sayang dan cinta dari kedua orang tua. Dan sekarang, setelah dewasa, kita pun akhirnya merasakan yang namanya “jatuh cinta”.
Sah-sah saja kita jatuh cinta pada lawan jenis. Namun perlu diingat, ada rambu-rambu yang tidak boleh dilanggar sebelum sertifikat halal kita peroleh. Sertifikat ini bisa didapat melalui gerbang yang dinamakan pernikahan. Kenapa harus menikah? Yang jelas menikah itu bisa membedakan kita dengan binatang. Lihat saja hewan kalau mau berhubungan badan, mereka langsung saja melakukannya. Tetapi manusia sebagai makhluk yang dimuliakan Allah SWT, untuk melakukan hubungan intim dengan lawan jenis tidak boleh asal begitu saja tanpa ikatan di antara mereka. Ikatan itu terangkai dalam bingkai pernikahan yang sakral.
Sekarang, saya mengajak Anda mengamati gejala maraknya kebiasaan free sex yang dilakukan oleh orang-orang di sekitar kita, bahkan parahnya sudah mewabah di kalangan pelajar dan mahasiswa. Tidak hanya di kota-kota besar, namun juga di daerah terpencil. Jika kaum intelektual generasi muda kita telah terkontaminasi dengan apa yang disebut “kebobrokan moral”, maka nasib masa depan bangsa bisa porak poranda. Jika kebiasaan mereka melanggar larangan Tuhannya, lalu apa yang bisa diharapkan dari generasi seperti ini? Bagi kita yang prihatin, apa yang dapat dan harus kita lakukan?
Ada segolongan anak muda yang menganggap bahwa seks bebas menunjukkan mereka adalah generasi modern. Sebenarnya hal ini bukanlah sesuatu yang modern, tapi lebih tepat jika disebut sebagai kebiasaan kaum jahiliyah. Kebiasaan ini pernah dilakukan oleh kaum-kaum terdahulu yang dalam sejarah akhirnya ditimpa azab yang pedih ketika mereka masih hidup di dunia akibat murka Allah SWT. Azab mereka tidak ditangguhkan sebagaimana umat manusia saat ini, umat Nabi akhir jaman.
Apa sebenarnya yang terjadi ketika sepasang muda-mudi terjerumus free sex atau seks bebas atau lebih tepat disebut zina? Konon ini adalah kebiasaan tak waras yang diadopsi dari budaya barat tanpa filter akal sehat. Bagaimana bisa kita meniru mentah-mentah kebiasaan tidak bermoral dari manusia-manusia yang tidak mengenal Tuhannya…?
Sepasang muda-mudi yang sedang jatuh cinta tanpa kontrol iman yang kokoh akan mudah sekali terjebak dalam jaring-jaring yang dipasang setan. Mereka akan mencari kesempatan berdua-duaan. Akibat setrum tegangan tinggi yang tidak bisa dikendalikan, maka seperti ada magnet… mereka mula-mula berpegangan tangan, lalu naik ke lutut, terus ke ketiak, eh… kok lama-lama bengkak…, yang perempuan tentunya. Apa gerangan yang terjadi? Ternyata kontak fisik tidak bisa dihindari, dan akhirnya hancurlah kesucian yang seharusnya dijaga dan dipelihara sebelum ijab qobul di hadapan penghulu dilaksanakan.
Mungkin pada awalnya mereka merasa berdosa. Beruntung bila mereka langsung bertobat. Namun bagi yang ketagihan, semacam menghisap candu, mereka melakukannya kapan saja di saat hasrat itu datang. Malang bagi mereka yang pergaulannya jauh dari kontrol orang tua, seperti pelajar/mahasiswa yang hidup di kos-kosan. Karena bila kegilaan ini melanda mereka, hanya iman di dada yang bisa mencegahnya. Maka muncullah prahara sex in the kost yang mewabah di kampus-kampus tempat generasi penerus pemimpin bangsa menuntut ilmu.
Pergaulan bebas seperti ini bisa menghancurkan sendi-sendi moral bangsa karena kebiasaan yang buruk biasanya menular dengan cepat kalau tidak segera ditanggulangi. Jika perilaku seksual manusia sudah tidak bisa dibedakan dengan hewan, apakah pantas jika manusia disebut sebagai khalifah Allah SWT di muka bumi ini?
Ada seorang teman mahasiswi yang curhat tentang pengalamannya terjerumus pergaulan bebas, seks sebelum nikah. Dari ceritanya, saya tahu ia memiliki rasa penyesalan yang amat dalam. Apalagi setelah laki-laki yang menjadi pasangannya pergi begitu saja. Bukan saja kesuciannya yang hancur, namun juga hati dan masa depan cintanya. Sekali lagi, ini terjadi karena lepasnya iman di dada karena pacaran yang tidak sehat. Ketika niat berbuat mesum ada dan keadaan memungkinkan, bukankah setan tinggal kipas-kipas merayakan kemenangannya.
Bahaya bagi si wanita, jika ia tidak kuat iman setelah berbuat maksiat tersebut, tentunya hal itu akan berulang entah sampai kapan. Jika ia ditinggal pergi, bisa saja ia menjadi gadis penjaja cinta. Na’udzublillah… Beruntung jika ia kembali ke jalan yang benar. Namun, perasaan berdosa dan merasa diri hina biasanya selalu menghantui di setiap langkahnya. Tangis penyesalan tentunya mendera ketika sadar bahwa apa yang dulu ia perbuat merupakan sebuah kesalahan besar.
Antara cinta dan nafsu; jika nafsu yang dominan dan dengan dalih cinta memuaskan hasratnya, bukankah itu mengerikan? Apa lagi jika dalam pergaulan dengan lawan jenis saling mengumbar nafsu hanya untuk having fun, ini benar-benar berbahaya. Kesenangan sesaat, namun akibatnya tidak hanya penderitaan lahir, tapi juga batin. Tidak hanya bahaya di dunia, tapi juga di akhirat. Selain itu, pergaulan bebas juga bisa menularkan penyakit mematikan seperti AIDS dan juga penyakit kelamin lainnya.
Ada baiknya kita membaca buku motivasi cinta agar terhindar dari pergaulan bebas. Semoga setiap generasi muda lebih berhati-hati lagi.